Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina menambah deretan panjang penderitaan bagi masyarakat Gaza. Akibat serangan yang dilancarkan oleh Israel pada 26 Mei 2024 lalu di Rafah, Gaza, banyak memakan korban jiwa dan korban luka berat, tidak hanya itu, masyarakat Gaza juga nyaris kehilangan tempat pengungsian terakhirnya.
Serangan tersebut kembali memicu kecaman dari berbagai negara yang menganggap bahwa insiden ini merupakan bentuk kekerasan dan kekejaman, serta menunjukkan tidak adanya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
Dikutip dari majalah tempo.co, pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuai kemarahan dunia karena menyebut serangan Israel kepada Gaza adalah sebuah kesalahan dan insiden tersebut masih diselidiki. “Meskipun kami berupaya sebaik mungkin untuk tidak merugikan pihak-pihak yang tidak terlibat, sayangnya kesalahan tragis terjadi tadi malam. Kami sedang menyelidiki kasus ini.”
Perintah yang Diacuhkan
Sebelumnya Mahkamah Internasional telah memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya, tetapi nyatanya belum dilaksanakan. Sama halnya dengan Dewan Keamanan PBB yang didesak untuk segera menegakkan perintah pengadilan. Tidak adanya pergerakan dari keduanya, memunculkan berbagai aksi protes di banyak negara, yang menuntut keadilan bagi warga Gaza dan mengkritik kebijakan militer Israel yang dianggap tidak manusiawi.
Melansir cnbcindonesia, Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa kurang lebih 45 orang meninggal dalam insiden ini. Para relawan medis sudah berjuang keras memberikan pertolongan pertama di lokasi kejadian dan mengevakuasi korban ke berbagai rumah sakit. Situasi ini menyebabkan Rumah Sakit Kuwait, salah satu fasilitas medis utama di Gaza, terpaksa ditutup karena tidak mampu lagi menangani peningkatan jumlah pasien yang terus berdatangan.
Krisis ini semakin diperburuk dengan tewasnya dua staf yang bekerja di rumah sakit tersebut, serta beberapa petugas medis lainnya yang mengalami luka-luka saat menjalankan tugas mereka. Kondisi ini membuktikan betapa rentannya sistem kesehatan di Gaza dalam menghadapi serangan-serangan besar dan menambah penderitaan yang dialami oleh penduduk yang sudah lama terjebak dalam situasi konflik yang tak berkesudahan.
Hancurnya Fasilitas Kesehatan Memperburuk Kondisi Gaza
Konflik Israel-Gaza telah menyoroti krisis kemanusiaan yang mendalam dan berkelanjutan. Warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, kerap menjadi korban utama kekerasan dan ketidakstabilan. Serangan dan blokade yang berkelanjutan telah merusak fasilitas medis, sekolah, dan tempat tinggal. Selain itu, memperburuk kondisi kehidupan sehari-hari dan memperlambat akses terhadap kebutuhan hidup seperti makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
Ditambah terdapat trauma psikologis yang diderita oleh penduduk, terutama anak-anak, akibat kekerasan yang perlu penanganan khusus. Kondisi ini harus didukung dengan ketegasan para pemimpin yang memiliki tanggung jawab moral untuk berupaya mengakhiri kekerasan ini dan memastikan perlindungan hak asasi manusia bagi semua pihak yang terlibat.
Penulis : Mahdiah Rahmah
Editor: Melody Azelia Maharani