Perang Asia Timur Raya atau dikenal sebagai Perang Pasifik, terjadi ketika Jepang menyerang Pearl Harbour, Hawaii, pada 8 Desember 1941. Serangan tersebut berhasil menenggelamkan delapan kapal perang Amerika Serikat.

Setelahnya pada 11 Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia, tepatnya di Tarakan, Kalimantan Timur. Kehadiran Jepang disambut antusias oleh rakyat Indonesia karena berhasil mengusir Belanda dan pernyataannya yang akan melindungi Indonesia.

Selama masa kependudukan, Jepang menjalankan program-program dan membentuk militansi pada rakyat secara sistematis. Namun, akhir tahun 1942 Jepang mendapat serangan balik dari sekutu, yang mengakibatkan kelemahan militer Jepang di beberapa wilayah kekuasaan mereka.

Untuk mengatasi situasi tersebut, Jepang mengumumkan pembentukan tentara sukarela bernama Pembela Tanah Air (PETA) pada 3 Oktober 1943. PETA dibentuk untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Jepang dari sekutu. Sayangnya, rakyat Indonesia tidak mengetahui hal tersebut, mereka menganggap pembentukan PETA sebagai persiapan menuju kemerdekaan.

Puncak perjuangan PETA terjadi pada pembebasan Rengasdengklok 16 Agustus 1945, yang menandai kemerdekaan dari kependudukan Jepang, dan menjadi bagian penting dalam perjalanan menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pemberontakan PETA Menjadi Bukti Terbebasnya dari Belenggu Penjajah

Berawal dari rasa keprihatinan dan resah terhadap nasib rakyat Indonesia di bawah pendudukan Jepang, akhirnya PETA melakukan pemberontakan.

Tekad PETA bulat melihat bagaimana rakyat Indonesia menjadi korban romusha yang berakhir meninggal karena kelelahan, kelaparan, dan penyakit. Melansir lamongankab.go.id pemberontakan PETA juga disebabkan oleh faktor lain seperti diskriminasi terhadap prajurit pribumi yang diwajibkan memberi hormat kepada tentara Jepang meski berpangkat lebih rendah.

Kontribusi mereka tidak terbatas pada aspek militer saja, melainkan juga dalam membangun semangat nasionalisme dan persatuan di antara rakyat Indonesia. Para anggota PETA tidak hanya melawan penjajah, tetapi juga memperjuangkan hak dan kebebasan bagi bangsa Indonesia pada saat itu dan untuk masa yang akan datang.

Era PETA memang telah usai, namun semangatnya tetap dapat kita rasakan dengan cara menumbuhkan jiwa dan sikap nasionalisme yang tinggi, serta memperkenalkan dan menjaga kemerdekaan Indonesia. Seperti Himyar, Amadeus, dan Reyhan yang meraih tiga medali emas dan dua medali perak dalam Olimpiade Ekonomi Internasional (IEO) 2023 yang dilaksanakan di Volos, Yunani, 24 Juli – 2 Agustus 2023, mengunjungi museum dan mempelajari sejarah pun dapat dilakukan untuk semakin menumbuhkan jiwa nasionalisme loh!  Sebab semangat patriotisme dan bela negara harus selalu diterapkan, seiring dengan upaya kita yang terus menjaga kedaulatan dan keutuhan Indonesia.

 

“Anak muda boleh pandai beretorika, tapi juga harus sadar untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang menjadi cita-cita.”

– Sutan Syahrir

 

Penulis: Gan Gan

Editor: Melody Azelia

Sumber :

https://www.researchgate.net/profile/Gathut-Imam-Gunadi/publication/363564439_PERAN_PENTING_TENTARA_SUKARELA_PEMBELA_TANAH_AIR_PETA_DALAM_PERJUANGAN_MERAIH_KEMERDEKAAN_INDONESIA/links/63229ccf0a70852150f53c0f/PERAN-PENTING-TENTARA-SUKARELA-PEMBELA-TANAH-AIR-PETA-DALAM-PERJUANGAN-MERAIH-KEMERDEKAAN-INDONESIA.pdf

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/08/03/pelajar-indonesia-tunjukkan-prestasi-tingkat-internasional

https://www.gramedia.com/best-seller/kata-bijak-perjuangan/

https://lamongankab.go.id/beranda/bakesbang/post/8247

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini