Alternate Universe atau yang biasa disingkat sebagai AU. Merupakan bagian dari genre fanfiction atau fiksi penggemar.
Melansir dari Kumparan, AU menjelaskan situasi yang berbeda dengan yang dibangun dalam cerita aslinya yang merupakan sumber material. Penyebutan AU sebagai keseluruhan fanfiksi adalah hal yang perlu diluruskan.
AU dibentuk dari idol, manga, dan sebagainya yang dirasa ketika melihatnya tidak sesuai dengan keinginan pembaca sehingga supaya sesuai, mereka membuat imajinasi lain dengan cara menuliskannya dalam AU. Secara tidak langsung, mereka menjadi penulis tanpa melalui proses redaksional. AU ini lebih banyak diterbitkan melalui media sosial X.
Meskipun tidak memiliki proses redaksional ketika terbit di platform X, AU nyatanya menarik perhatian penerbit buku, sehingga sangat tidak heran bila AU dibuat dalam bentuk cetak, yakni buku.
Namun, Apakah Boleh Menerbitkan Alternate Universe?
Sebenarnya, menerbitkan fiksi penggemar atau AU ini sangat mengandung bahaya, mengingat penggunaan wajah atau nama asli yang dipakai dalam membuat cerita. Bahaya yang dimaksud adalah adanya hukum terkait hak cipta atau penggunaan nama asli idola yang dipakai.
Akan tetapi, banyak penerbit yang terkadang tidak mempedulikan hak cipta tersebut. Mereka hanya memikirkan bagaimana mendapat keuntungan, tanpa memikirkan banyak faktor yang salah satunya terkait hak cipta penggunaan nama dan wajah idol.
Oleh karena itu, supaya dapat diangkat menjadi buku. Penulis harus dapat mengubah nama yang digunakan untuk pemeran ceritanya, bila sebelumnya menggunakan nama asli seseorang. Amannya adalah penulis harus dapat membuat ceritanya tampak seperti orisinalitas sendiri, tanpa adanya unsur-unsur dari idola atau yang mereka ikuti.
Penerbitan ini pun turut perlu diperhatikan oleh para penerbit. Sebab Indonesia tengah mengalami krisis International Standard Book Number (ISBN) yang merupakan 13 digit angka unik sebagai nomor identitas setiap buku yang diterbitkan.
Melansir dari Narasi, buku-buku seperti fan-fiction, web novel, dan buku terbitan pribadi (self publish). Buku-buku inilah yang menjadi penyebab krisis ISBN. Sebab semua buku yang diproduksi, tidak semuanya layak untuk diterbitkan sehingga diperlukannya penyaringan terhadap buku yang ingin diterbitkan.
Efek Baik Kehadiran Alternate Universe
UNESCO menyatakan bahwa, minat membaca masyarakat Indonesia adalah sebesar 0,0001%. Mengartikan bahwa dari 1000 orang Indonesia, hanya ada 1 orang yang gemar membaca. Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan.
Namun, melalui kehadiran AU dengan bentuk yang berbagai macam. Sebab ditampilkan dengan sangat kreatif oleh pemiliknya. Membuat orang yang tadinya malas baca, menjadi mulai terdorong untuk membaca. Belum lagi dimuat atau digambarkan dengan visual yang memakai idola kesukaan si pembaca. Serta kemudahan mengakses pun membuat semakin banyak yang tadinya tidak suka baca, menjadi suka membaca.
Diharapkan melalui adanya AU, dapat menjadi pemantik awal meningkatnya minat baca di Indonesia, yang nantinya dapat berlanjut membaca buku dengan berbagai genre dan pengetahuan sehingga wawasan kita semakin luas. Sebab buku adalah jendela dunia. Tanpa perlu pergi ke manapun, kita telah dapat mengetahui berbagai hal dari buku.
“Itulah suatu hal tentang buku. Mereka membiarkanmu bepergian tanpa menggerakkan kakimu” – Jhumpa Lahiri.
Penulis: Melody Azelia Maharani
Editor: Febriyanti Musyafa