Sejak 07 Oktober 2023, Israel masih terus melancarkan serangan militer di Jalur Gaza. Serangan militer yang dilakukan oleh Israel menyebabkan sebanyak lebih dari 30.000 nyawa warga Palestina melayang, termasuk perempuan dan anak-anak.
Melansir News Arab, Sabtu, (2/3/24), menteri Israel mengeluarkan pernyataan kontroversial untuk menghapus bulan Ramadhan. “Apa yang disebut bulan Ramadhan harus dihapuskan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihapuskan,” ujar Eliyahu dalam wawancara dengan Radio Angkatan Darat. Pernyataan ini menuai kecaman dari publik, karena dianggap sebagai tindakan yang tidak manusiawi dan kejam.
Kondisi Gaza Selama Bulan Suci Ramadhan
Memasuki bulan Ramadhan tidak membuat Israel menghentikan serangannya kepada Palestina. Warga Gaza terpaksa menjalani bulan suci tahun ini dengan penuh kepahitan dan penderitaan yang mendalam. Ribuan warga Gaza tewas dan sebagian wilayah Gaza hancur lebur akibat serangan dari Israel yang tiada henti. Dampaknya, banyak penduduk Gaza terpaksa mengungsi dan tinggal dalam kondisi berdesak-desakan di tempat penampungan.
Di tengah situasi yang menyedihkan, Israel memberlakukan blokade, sehingga menghambat akses masuknya bantuan ke Gaza yang menyebabkan mereka kelaparan, kekurangan air bersih, dan obat-obatan.
Blokade yang dilakukan membuat warga Gaza dan tenaga medis merasakan kesulitan pangan, pasalnya krisis pangan ini memperburuk kondisi mereka yang tengah berpuasa, karena untuk mendapatkan ibadah yang sempurna, harus tetap makan saat berbuka dan sahur. Belum lagi stok persediaan makanan yang kian menipis membuat mereka terpaksa hanya berbuka dengan kacang-kacangan dan makanan kaleng.
Rintangan Para Perempuan Gaza di Masa Peperangan
Ratusan ribu penduduk perempuan di Gaza saat ini menghadapi kondisi yang sangat sulit, terutama di tengah serangan yang terus dilakukan oleh Israel. Mereka tidak hanya harus bertahan hidup, tetapi juga memperjuangkan hak pribadi.
Perempuan Gaza seringkali menjadi target serangan dari tentara Israel, tidak hanya mengincar nyawa, tentara Israel juga kerap kali merendahkan martabat perempuan di Gaza.
Dalam menjaga auratnya, para perempuan di Gaza menggunakan Isdal –pakaian tertutup yang melampaui pinggul, terutama saat mereka dalam keadaan terburu-buru. Selama peperangan, Isdal menjadi pakaian pokok para perempuan Gaza dimanapun dan kapanpun.
Melansir dari media digital aljazeere.com, seorang perempuan bernama Sarah Assaad (40) yang tinggal di timur Kota Gaza mengatakan, “jika kami meninggal saat rumah kami dibom, kami ingin tetap bermartabat dan rendah hati. Jika kami dibom dan harus diselamatkan dari reruntuhan, kami tidak ingin diselamatkan tanpa mengenakan apa-apa,”
Selain pakaian, kebersihan juga menjadi salah satu masalah yang sering dialami oleh perempuan di Gaza. Persediaan pembalut sangat langka, dan toilet yang terbatas karena banyaknya pengungsi yang tinggal dalam satu tempat membuat situasinya semakin sulit. Menurut Aya Batrawy, seorang koresponden internasional NPR, pembalut sangat mahal di Gaza, sehingga sulit bagi penduduk setempat yang tidak mampu untuk membelinya.
Hal ini juga menjadi rintangan bagi para perempuan hamil maupun yang sedang nifas. Batrawy menambahkan, bahwa para perempuan di Gaza yang mengalami hal ini menggunakan handuk, pakaian, hingga sudut tenda pengungsian yang dipotong dan dijadikan pembalut.
Setiap pagi, para perempuan Gaza akan pergi ke rumah sakit untuk mengantri menggunakan kamar mandi agar dapat membersihkan kotoran akibat menstruasi dan lainnya. Akibat sulitnya akses dalam menggunakan kamar mandi dan mendapatkan pembalut, banyak para perempuan yang terpaksa meminum pil pencegah menstruasi.
Konflik yang terjadi menimbulkan penderitaan mendalam bagi penduduk Gaza, khususnya bagi kaum perempuan dan ibu hamil. Karena serangan yang dilakukan membuat segala akses rumah ibadah, pelayanan umum, listrik, air, hingga akses kesehatan terhambat. Sehingga para perempuan kesulitan dalam mensucikan diri kembali dari menstruasi dan nifas. Jelas hal ini menimbulkan keresahan bagi penduduk Gaza, oleh karena itu, perlu adanya usaha yang lebih untuk menghentikan penindasan yang dilakukan Israel terhadap Gaza.
Penulis: Mahdiah Rahmah
Editor: Ananda