Gizi Seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari dengan kandungan zat gizi dalam jenis dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan. Kegunaan gizi seimbang itu sendiri dapat menyehatkan, menjaga stabilitas tubuh dan akan mensuplai tubuh manusia dengan zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Pemenuhan gizi seimbang sendiri merupakan hal penting dalam menghadapi situasi di masa pandemi seperti ini. Dilansir dari Republika, Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono menilai permasalahan gizi buruk di Indonesia meningkat pada masa pandemi.
Akibat menurunnya fasilitas kesehatan, pangan yang terbatas hingga kehilangan pendapatan karena wabah virus menjadi penyebab utama gizi buruk meningkat. Dilansir melalui UNICEF pada Juni 2020, bahkan sebelum Covid-19 Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi dengan lebih dari dua juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting.
Stunting merupakan masalah serius ditandai dengan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengganggu pertumbuhan pada anak melalui terhambatnya tinggi badan. Melansir dari Kemenkopmk, berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,7%. Data World Bank tahun 2020 menunjukkan prevalensi stunting Indonesia berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia.
UNICEF juga menunjukkan bahwa dengan tidak adanya tindakan yang tepat waktu, jumlah anak yang mengalami wasting atau kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 persen tahun ini karena Covid-19. Penderita wasting memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan peningkatan risiko kematian sebanyak 12 kali, apalagi jika wasting yang dialami sangat parah.
Underweight juga menjadi masalah dari gizi buruk dengan kondisi berat badan anak berada di bawah rata-rata sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan. Berdasarkan data Global Nutrition Report tahun 2018 terdapat 7,8 persen balita kurus.
Masalah utama yang menjadi penyebab memburuknya gizi di Indonesia adalah sulitnya mendapatkan pekerjaan, penghasilan yang tidak cukup hingga mahalnya harga bahan makanan menjadikan kendala untuk memenuhi gizi anak. Permasalahan lainnya adalah sanitasi yang buruk sehingga rentan timbulnya infeksi akibat kotoran dan adanya sebuah permasalahan pendidikan maupun perilaku orang tua yang didasari aspek sosial budaya. Perilaku orang tua yang sudah merasa memberikan yang terbaik hingga tidak menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari para ahli untuk mengatasi masalah gizi dan kesehatan anak.
Melansir dari Lokadata, rendahnya tingkat pendidikan orang tua menyebabkan efek domino. Selain keterbatasan lapangan pekerjaan yang berakibat pada pendapatan, juga berdampak pada sulitnya mengakses informasi gizi serta pola asuh yang baik untuk anak. “Oleh karena itu, masalah gizi buruk ini kompleks,” jelas Prof. Ali Khomsan, guru besar pangan dan gizi Institut Pertanian Bogor (IPB).
Untuk itu perlu adanya penyebaran informasi mengenai gizi seimbang dengan asupan makan yang baik dari segi jumlah, jenis, dan frekuensinya. Dengan pemenuhan gizi seimbang maka imunitas akan terjaga sehingga kita mampu menangkal penyakit infeksi. Berikut merupakan 4 prinsip gizi seimbang:
- Makan makanan beraneka ragam
Mengonsumsi keanekaragaman jenis pangan, proporsi makanan yang seimbang, jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Melalui cara:
- Konsumsi minimal 2 liter air sehari,
- Karbohidrat 3-8 porsi tergantung pada tinggi badan dan aktivitas fisik,
- Konsumsi sayur dan buah 300-400 g perorang, perhari bagi anak balita serta anak usia sekolah
- 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa.
- Protein hewani/nabati yaitu besar porsi setiap protein 2 – 3 porsi
- Gula, garam dan lemak (minyak) yang dianjurkan untuk dikonsumsi seperlunya.
Hal ini digambarkan jelas pada tumpeng gizi seimbang
2. Pola hidup bersih
Di masa pandemi ini pola hidup bersih yang harus kita lakukan adalah dengan selalu melaksanakan protokol kesehatan untuk pencegahan tertular dari Covid-19 dengan 5M:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer
- Memakai masker dengan benar, yaitu dengan menutup hidung, mulut hingga ke dagu
- Menjaga jarak 1 – 2 meter
- Menghindari kerumunan
- Mengurangi mobilitas
3. Pola hidup aktif dan berolahraga
Aktivitas fisik memerlukan energi dan memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan masuk pada tubuh. Untuk menjaga kebugaran tubuh kita harus melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari seperti senam, bersepeda, jalan kaki dan lain lain.
4. Pantau berat badan
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya.
Karena segala upaya dari berbagai sektor dan bidang harus dilakukan untuk mencegah semakin meningkatnya gizi buruk dan risiko kematian di Indonesia. Debora Comini, perwakilan UNICEF Indonesia mengatakan,“Jika kita tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, kita berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak terkait dengan masalah ini.”
Penulis: Megawati
Editor: Nabila
Sumber:
https://www.republika.co.id/berita/qraa7w380/buruk-gizi-bayi-pada-masa-pandemi
https://www.kemenkopmk.go.id/menko-pmk-beberkan-kunci-atasi-gizi-buruk-dan-stunting
https://lifestyle.kompas.com/read/2012/01/30/13325976/~Beranda~Isu%20Wanita
https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/foto/gizi-buruk-di-indonesia
https://lokadata.id/artikel/peliknya-gizi-buruk-di-indonesia