Setiap bulan puasa tiba, sudah tidak asing lagi dengan media sosial yang dipenuhi curhatan tentang perjuangan menahan lapar dan haus. Mulai dari keluhan kesiangan bangun sahur, unggahan story tentang rasa lapar di siang hari, hingga video berbuka puasa yang berlebihan, semuanya menjadi ciri khas Ramadan di era digital.

Gen Z, sebagai generasi yang ekspresif, kreatif, dan tentunya punya cara tersendiri dalam menikmati serta mengabadikan momen Ramadan di dunia maya. Cuitan di X atau Tiktok, seperti “Aduh gue dah gak kuat nih, magrib kapan sih?”, atau video yang memperlihatkan sisi dramatis betapa beratnya menahan lapar selepas sahur.

Namun, jangan salah! dramatisasi Ramadan bukanlah hal baru. Sejak dulu, Ramadan juga penuh tantangan. Hanya saja, orang lebih banyak menahannya atau berbagi cerita dengan teman. Sisi dramatisnya pun datang dari TV dan iklan, seperti iklan biskuit yang memperlihatkan seseorang menunggu momen buka puasa dengan menatap makanan di depan meja. Kini, di era digital, Gen Z sendiri lah yang menjadi kreatornya di media sosial.

Kenapa Ramadan di Era Gen Z Terasa Lebih Dramatis?

Ramadan selalu punya cerita unik di setiap generasi, tapi di era Gen Z, rasanya semua menjadi lebih dramatis dengan sentuhan digital. Gen Z yang ekspresif serta kebiasaan oversharing-nya, tentu selalu ingin mengabadikan setiap momen Ramadan. Bagi mereka, berbagi cerita di media sosial sudah menjadi bagian dari kesehariannya.

Melansir dari cnnindonesia.com, laporan Ramadan 2022 with TikTok: Igniting Joy, menunjukkan bahwa aktivitas pengguna TikTok meningkat hingga 54% selama Ramadan. Survei TikTok juga mengungkapkan bahwa 53% pengguna menonton konten untuk melihat perayaan Ramadan orang lain, sementara 57% mencari inspirasi untuk persiapan puasa.

Fenomena ini juga terlihat dalam komentar warganet di TikTok, seperti pada akun @a_nk91 yang menulis, “Baru 1 hari puasa, bulan Ramadan core udah ada sejibun,” menyoroti banyaknya tren Ramadan yang bermunculan bahkan sebelum puasa dimulai. Tren ini semakin diperkuat dengan penggunaan sound viral, seperti Tob Tobi Tob yang berasal dari syair Sawt Safiri El Bolboli oleh Ahmed El Qatane, menambah kesan dramatis dan humoris khas Ramadan versi Gen Z.

Menurut Salsa, seorang pengguna TikTok, konten-konten Ramadan yang dibuat oleh Gen Z sebenarnya mengikuti algoritma media sosial. Ia juga merasa kontennya relevan dengan dirinya.

Menurut aku sih, lumayan dramatis yaa, tapi walaupun begitu, kebanyakan tuh kontennya menghibur, jadi lumayan buat ngabuburit nontonin Gen Z core,” ujarnya.

Dramatisasi Gen Z, Ekspresi Wajar atau Berlebihan?

Menjadikan Ramadan sebagai tren di media sosial bukan hal yang salah. Tetapi, jangan sampai melupakan esensi ibadah, karena Ramadan tetap penuh makna, baik di dunia nyata maupun di media sosial.

Salsa merasa bahwa konten tersebut tidak memengaruhi puasanya, karena pada akhirnya, semua kembali pada niat beribadah. Menurutnya, konten tersebut menghibur untuk ditonton, tetapi ada beberapa konten yang terkesan oversharing dan kurang nyaman. “Lucu sih, tapi semoga ga sampe over yaa, cukup buat lucu2an aja, tapi kocak suka ngeluh, tapi sadar diri juga,” ujarnya.

Ekspresi Gen Z dalam menjalani Ramadan bukan sesuatu hal yang perlu dikritik secara berlebihan. Sebagai generasi yang cepat menyadari dan mengevaluasi tindakan, Gen Z juga kerap mengkritik dirinya sendiri, seperti yang terlihat dalam tren “Gen Z Durhaka” di TikTok. Meskipun kontennya terkesan sarkastik dan dramatis, tren ini menjadi bentuk refleksi sekaligus cara mereka menyampaikan pesan dengan gaya yang lebih dekat dan relatable.

Penulis: Sarah Aini

Editor: Shalza Bilillah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini