Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), dilanda banjir sejak Senin, 3 Maret 2025. Banjir terjadi dikarenakan sungai yang mengalir meluap akibat intensitas hujan yang tinggi, mengakibatkan ribuan rumah terendam, ratusan warga dievakuasi, dan aktivitas transportasi di beberapa wilayah terganggu. Namun, respons pemerintah daerah dinilai lamban dalam penanganannya.

Bagaimana Perubahan Cuaca Ekstrem Memicu Banjir di Jabodetabek?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), penyebab cuaca ekstrem yang terjadi disejumlah wilayah daerah, termasuk Jabodetabek, yaitu faktor-faktor atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby yang berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia.

BMKG juga telah memperingatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem untuk sejumlah wilayah Indonesia di awal bulan Ramadhan tahun 2025, bertepatan dengan meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi, yang dapat memperparah dampak banjir di berbagai daerah.

Melansir dari tribunnews.com, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan curah hujan tinggi diprediksi masih akan terjadi hingga 11 Maret mendatang, ia juga menyatakan telah secara aktif memberikan peringatan dini terkait informasi cuaca di daerah yang terlanda.

“Kami prediksi dalam durasi sampai tanggal 11 itu kita masih perlu waspada, atau bahkan siaga,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Selasa (4/3/2025).

Dwikorita menegaskan bahwa peran pemerintah, terutama di tingkat daerah, sangat krusial dalam mitigasi bencana. Setiap peringatan dini harus ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan, karena peringatan dini bukan sekadar informasi, melainkan seruan untuk tindakan nyata.

Dampak Perubahan Cuaca Ekstrem terhadap Banjir di Jabodetabek

Perubahan cuaca ekstrem semakin nyata dengan meningkatnya intensitas hujan di berbagai wilayah, termasuk Jabodetabek. Melansir dari kumparan.com, BPBD DKI Jakarta melaporkan 77 Rukun Tetangga (RT) terendam dengan ketinggian air mencapai 120 cm, mengakibatkan 1.692 warga mengungsi ke sejumlah titik tempat yang tersebar.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama penyebab banjir. Fenomena ini tidak hanya terjadi secara tiba-tiba, tetapi merupakan bagian dari pola cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Kita tentunya menaruh perhatian khusus kepada masyarakat yang terdampak bencana banjir di berbagai kota. Di Jabodetabek sendiri, Bekasi juga cukup parah, dan beberapa wilayah Indonesia lainnya. Tentu ini akibat dari curah hujan yang tinggi, cuaca ekstrem,” ujar AHY di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, dikutip dari kompas.com, Selasa (4/3/2025).

Perlu diwaspadai bencana yang terjadi harus menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat bahwa mitigasi bencana masih lemah. Tanpa langkah mitigasi yang efektif dan respons cepat dari berbagai pihak, risiko kerugian yang lebih besar serta dampak jangka panjang terhadap masyarakat dan infrastruktur akan semakin sulit diatasi.

Penulis : Alya Komala

Editor: Sarah Aini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini