“Indonesia Emas 2045” merupakan cita-cita yang ingin dicapai bangsa Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara adikuasa dan mampu menghadapi tantangan zaman. Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan melibatkan seluruh elemen, khususnya Generasi Z (GenZ) yang diperkirakan akan memimpin negeri, karena pada tahun 2045 rentang usia GenZ berada pada usia 40 tahun keatas yang merupakan usia  puncak karir bagi professional.

Dilansir dari laman KEMENKO PMK, Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) mengatakan,  generasi muda saat ini adalah sumber daya manusia Indonesia yang akan membawa dan menentukan kemajuan Indonesia di masa depan. Namun, banyak anak muda dari generasi ini yang mengalami masalah kesehatan mental sehingga memunculkan stigma pada masyarakat bahwa GenZ merupakan generasi lembek. Hal ini dikhawatirkan akan  berdampak serta merugikan kehidupan mereka di masa depan jika tidak ditangani dengan baik sejak dini.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)  yang dilakukan pada tahun 2018, terdapat lebih dari 19 juta penduduk Indonesia usia 15 tahun keatas memiliki gangguan mental emosional. Selain itu, lebih dari 12 juta penduduk dengan rentang usia sama mengalami depresi. Hal ini dapat berakibat buruk bagi masa depannya, mulai dari emosi yang tidak stabil, bertindak impulsif, hingga menyebabkan aksi nekat lainnya yang berujung kematian; bunuh diri.

Dilansir dari Katadata Media Network, Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), mencatat 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari–Oktober 2023.

Faktor dan Upaya Pemulihan Kesehatan Mental GenZ

Mengutip laman Sehat Negeriku Kemenkes, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa kurang lebih 1 dari 5 orang. Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, jumlah mereka yang rentan mengalami masalah gangguan jiwa mencapai 20 persen dari populasi penduduk.

Salah satu faktor yang menyebabkan krisis kesehatan mental pada anak muda adalah kurangnya fasilitas tenaga kesehatan jiwa. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 1.000 psikolog dan psikiater untuk melayani 270 juta penduduk. Jumlah ini masih jauh dari ideal, mengingat populasi Indonesia yang besar dan kompleksnya masalah kesehatan mental.

Untuk mengatasi krisis kesehatan mental pada anak muda, diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Salah satunya dengan memahami peran penting keluarga dan lingkungan. Namun, pemerintah juga perlu ikut andil dalam mengatasi krisis ini dengan meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan jiwa, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

Jika seluruh elemen dapat bersatu dan membuat solusi bersama dalam memberantas krisis kesehatan mental, Indonesia Emas 2045 mungkin dapat terwujud lebih cepat. Karena bagaimanapun, masa depan Indonesia ada ditangan pemuda.

 

Penulis: Gan Gan P. L

Editor: Ananda Rizka Riviandini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini