Kemarau panjang menerjang seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Kemarau tahun ini menjadi kemarau terburuk dari tahun sebelumnya. Akibatnya, kekeringan melanda sejumlah provinsi di Indonesia menyebabkan kebakaran hutan dan kualitas udara memburuk.
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) begitu meninggi di Indonesia saat ini. Pelonjakan ini jelas terlihat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan katadata, Jika diakumulasikan, selama periode Januari-Agustus 2023 total luas area indikatif karhutla nasional sudah melampaui 250.000 hektare. Angka ini lebih tinggi dari tahun lalu, yang menurut data KLHK total luas karhutla nasional sepanjang 2022 hanya 204.894 hektare.
Sumber: Mandala Pos
Seperti yang belum lama terjadi, Sumatera menjadi dampak dari musim kemarau yang melanda Indonesia, dilansir dari Kompas, sebanyak 24.000 hektar hutan Sumatera hangus dilahap oleh si jago merah, sebanyak 3.562 titik panas (hotspot) di sumatera menyebabkan kabut asap tebal yang membuat jarak pandang semakin minim.
Selain Sumatera, kebakaran hutan juga menimpa Kalimantan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam situs Republika.co.id terdapat 8 wilayah di Kalimantan Selatan yang terkena imbas dari kebakaran yang terjadi; Banjarmasin, Banjarbaru, Barabai, Kandangan, Marabahan, Martapura, Pelaihari, dan Rantau.
Sumber: DetakIndonesia.co.id
Kebakaran hutan yang menimpa Sumatera dan Kalimantan ternyata memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Pasalnya, asap tebal yang menyelubungi kedua provinsi tersebut dapat mengakibatkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) bagi sejumlah masyarakat, khususnya bagi orang-orang yang rentan; Lansia, Balita, Ibu Hamil, Remaja, hingga orang dengan gangguan pernapasan bawaan. Buruknya kualitas udara akibat kebakaran hutan tidak hanya dialami oleh Sumatera dan Kalimantan, bahkan negara tetangga kita –Singapura ikut merasakan dampak kabut asap dari karhutla Sumatera.
Sumber:Greeners.Co
Melansir dari CNN Indonesia, pemerintah Kota Banjarmasin menganjurkan agar sekolah dialihkan kembali menjadi online, keputusan ini diambil setelah melihat sebanyak 6.000 masyarakat Banjarmasin yang terjangkit ISPA. Pemerintah Kalimantan juga telah melakukan upaya pemadaman kebakaran hutan dengan menerbangkan helikopter yang membawa bom air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di Kalimantan. Hal serupa juga dilakukan oleh pemerintah Pulau Sumatera, sebanyak 256 personil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di Sumatera Selatan.
Sumber: Detik
Akibat dari kebakaran hutan ini, sebanyak wilayah pun berdampak terutama dengan kualitas udara yang memburuk. Oleh karenanya, melansir dari BBC, karhutla menjadi penyebab utama memburuknya kualitas udara.
Ditambah dengan kerusakan lingkungan yang muncul pasca karhutla. Dampak buruk sebagai tanda bahaya akibat kebakaran hutan tidaklah main-main. Hilangnya beberapa spesies akibat terbakar, meningkatnya pemanasan global, menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon, polusi air dan dampak besar lainnya. Hingga kini, dampak tersebut begitu dirasakan di Sumatera dan Kalimantan, terutama dengan udara yang memburuk dan kekeringan.
Kebakaran Hutan Kota Banjarbaru (Kalimantan Selatan)
Sumber: Dokumentasi Pribadi – Raihani Maisya Az Zahra
Kebakaran hutan pada musim kemarau sudah menjadi langganan di Indonesia, oleh karena itu diperlukan upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Karena kasus kebakaran hutan sudah dipastikan akan terjadi setiap kali kemarau panjang melanda Indonesia, jadi pemerintah seharusnya siap dan sigap dalam menangani hal tersebut.
Tetapi sayangnya, upaya nyata tidak terlihat. Melansir dari BBC, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai memburuknya kebakaran hutan tahun ini dikarenaka oleh lemahnya pengawasan dan penindakan pemerintah terhadap korporasi penyebab karhutla. Upaya tidak nyata begitu terbukti dari komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi yang dikukuhkan melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) dan FOLU Net Sink 2030.
Penulis : Raihani Maisya Az Zahra & Febriyanti Musyafa
Editor: Febriayanti Musyafa
Sumber :
https://www.metrotvnews.com/read/kWDCO0xX-hotspot-karhutla-di-sumatra-mencapai-3-562-titik
https://www.youtube.com/watch?v=2e5XQWLAMNI
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c985e2j13vgo
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/09/04/kebakaran-hutan-dan-lahan-terjadi-di-34-titik