Jarak & Waktu
Oleh : Faturahman Sophian
Sejak saat itu, saat perlahan-lahan terasa engkau pergi
tak ada ruang untuk siapa pun, menggantikan posisimu disini
seribu lagu kudengarkan seraya menikmati kesedihan, ketika dirimu menghilang dari hati
entah bagaimana cara aku menantikan kedataganmu lagi, terkadang semua hanyalah ilusi
menghabiskan waktu dengan mu hanya bisa dinikmati dalam imajinasi
sesak dada hingga rusuk sampai hati ketika dikau meninggalkan ku sendiri disini
betapa sepinya diriku kehilangan mu, terlebih jarak yang sangat sukar rasanya jika ingin bertemu
hujan yang datang hanya membawa rindu, pilu dan sendu, iri terkadang terhadap Mentari, awan, langit yang setiap saat, detik, menit, waktu bisa melihatmu
mungkin tulisan yang kukemas bait per bait terkesan berlebihan, namun isinya Nampak menjekaskan arti kepedihan, arti kesedihan yang menunggu engkau tak kunjung datang
setiap hari rasanya hampa hingga semuanya tak bisa dijelaskan oleh kata-kata, hingga semua itu terasa menjadi duka
entah aku tak menahu cara menjinakkan hatimu, berulang kali engkau tidak membalas satupun pesan dariku, apakah doa yang ku kirimkan sehabis shalat lima waktu tidak juga membuat dirimu luluh?
hidup ini menyedihkan, orang gila pun juga tahu, namun sampai kapan semua ini terjadi begitu saja? Apakah sampai presiden Indonesia berganti? Atau sampai dunia berakhir selamanya?