Generasi Z adalah generasi yang paling mudah terkena dampak burnout. Meskipun hidup di era teknologi yang canggih, Gen Z tetap memiliki tantangan tersendiri khususnya mengenai kondisi mental, salah satunya burnout. Lantas apa sih yang dimaksud burnout?
Burnout merupakan kondisi di mana tubuh mengalami kelelahan hebat akibat rutinitas panjang yang ujungnya berdampak kepada mental individu.
Gejala burnout biasa dijumpai dengan penurunan kinerja, kehilangan motivasi, keputusasaan, kehilangan nafsu makan, dan isolasi sosial. Dalam gejala yang lebih serius, kondisi ini dapat merambat pada gangguan tidur, peningkatan kecemasan atau anxiety, bahkan depresi, dan bunuh diri.
Melansir dari situs Cigna dengan laporan yang berjudul “Exhausted by Work – The Employer Opportunity”, telah mempelajari bahwa 12.0000 orang berusia 18-24 tahun (Generasi Z), dinyatakan 97% dari mereka merasa kelelahan dan 86% merasa stres. Penelitian tersebut membuktikan bahwa Generasi Post-Millennials ini rentan terkena burnout dan stres dalam lingkungan pekerjaan.
Lantas apa sebenarnya yang membuat Screenagers ini rentan terkena burnout? Yuk simak penyebabnya bareng-bareng!
Terlalu Keras Bekerja, Kapan Istirahatnya?
Seperti yang kita ketahui, Gen Z tumbuh di zaman teknologi yang sudah semakin canggih dan mutakhir, sehingga tidak jarang dituntut untuk lebih berinovatif dan kreatif. Hal ini, menjadi sebuah tantangan yang menarik, tetapi terkadang berakhir menjadi tuntutan yang berlebihan, sehingga dapat memicu burnout.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa hidup memang sudah biasa dipenuhi tekanan, namun nampaknya generasi ini masih kesulitan untuk menghadapi tekanan yang khususnya berada di tempat kerja. Sehingga mereka merasa kewalahan oleh tekanan yang diberikan. Terlebih adanya ekspektasi yang tinggi pada hasil pekerjaan, dapat menimbulkan efek kelelahan fisik dan mental yang parah, menurunkan produktivitas, serta mempengaruhi kinerja secara keseluruhan.
Kalau Trend Sekarang sih, Karena Work-Life Balance-nya Kurang
Di zaman modern ini, pasti sudah tidak asing dengan istilah “Work-Life Balance”, dimana kebanyakan Zoomers harus memiliki kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan yang seimbang.
Melansir dari BBC, Loana Lupu, seorang profesor akuntansi dan manajemen di Sekolah Bisnis ESSEC Paris, menyatakan bahwa sebenarnya work-life balance sudah berganti menjadi work-life integration, dimana perubahan terjadi sesuai keinginan dan kebutuhan pekerja yang lebih terpersonalisasi, terutama ketika mereka menavigasi berbagai gaya hidup dan prioritas. “Bagi saya, ini lebih seperti work-life navigation.”
Melansir dari IDN Times, bahwa milenial dan Gen Z sangat memperdulikan fleksibilitas dalam bekerja, karena dapat bekerja di mana saja dan kapan saja. Penerapan ini mengakibatkan kehidupan pribadi dan pekerjaan menjadi sangat terhubung, di mana keduanya harus seimbang. Bila salah satunya tidak seimbang, maka yang ada hanya kekacauan.
Oleh karena itu, penyebab utama burnout adalah kehidupan pribadi dan pekerjaan yang tidak proporsional. Sehingga ketika seseorang terlalu terfokus pada pekerjaan dan mengorbankan waktu istirahat yang cukup, dampaknya dapat dirasakan pada tingkat kelelahan fisik dan mental yang meningkat. Sekalipun sebaliknya, maka yang terjadi adalah pekerjaan menjadi terbengkalai karena terlalu mengutamakan istirahat.
Gaji Elit, Sosial Sulit
Dalam era yang serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak dari Zoomers yang memerlukan dukungan emosional, baik di lingkungan kerja maupun kehidupan pribadi. Ketidakseimbangan antara harapan dan dukungan yang mereka terima dapat menciptakan beban psikologis yang berlebih.
Gen Z yang merasa kurang didukung oleh keluarga atau teman sebaya dapat mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Selain itu, kurangnya jaringan sosial yang solid dapat meningkatkan risiko terjadinya burnout, karena individu mungkin merasa terisolasi dan tidak mampu mengatasi tekanan dengan efektif.
Nah, melihat betapa seriusnya burnout di lingkungan Screenagers, tidak ada salahnya kalau kita juga mencari tahu cara mengatasi burnout yang membuat pusing tujuh keliling ngalahin pusingnya kejaran hutang dan cicilan. Yuk, intip tips and trick-nya!
Istirahat Itu Penting Loh!
Mengingat Gen Z yang cukup sering mengalami overthinking, mungkin kebanyakan dari mereka mencari kesibukan dengan menenggelamkan diri pada kesibukan. Memang bukan hal yang buruk, tetapi merehatkan fisik juga sama pentingnya agar pikiran bisa ikut relax. Selain itu, membatasi jam kerja juga penting agar dapat memaksimalkan waktu istirahat supaya performa kerja meningkat dan lebih fokus dalam menyelesaikan sesuatu.
Pusing? Jangan Lupa Healing!
Terkadang hidup memang seperti permainan roller coaster yang membuat emosi ikut naik turun dan terjungkal, kalau sudah begitu, healing menjadi keputusan yang tepat untuk menjadi pikiran agar tetap sehat.
Buat apa healing? Toh cuma buang-buang uang!
Eits, jangan salah! Terkadang, kita perlu memanjakan diri dengan self reward, salah satunya healing; Jalan-jalan, olahraga, yoga, joging, mendaki gunung, pergi ke pantai, atau memancing. Hal-hal kecil tersebut ternyata bisa membantu relaksasi pikiran kita, bahkan menjadi otak dan pikiran kita agar tetap sehat.
Mencari Circle yang Positif Juga Perlu
Dukungan keluarga maupun teman adalah hal yang sangat penting untuk menghindari burnout. Sayangnya, tidak semua orang mendapatkan dukungan positif dari orang-orang terdekat. Maka dari itu, memilih pertemanan menjadi hal penting untuk membentuk lingkungan hidup yang positif.
Last but not least, jangan lupa untuk selalu mengapresiasi diri dan jangan takut untuk mencari bantuan dari para profesional, bila memang diperlukan. Selain itu, cintailah diri sendiri karena itu merupakan kunci utama untuk mengatasi tekanan dan menjaga kesehatan mental.
Gen Z perlu menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari pencapaian atau seberapa besar tekanan yang diatasi. Melainkan, dengan menjaga keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan pribadi.
Menjadi produktif bukan berarti harus mengorbankan diri dan kesehatan mental. Sebab dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jadi, mari kita tingkatkan kesuksesan dan menghindari burnout dengan mencintai diri sendiri dan tidak lupa untuk mengapresiasi hal-hal kecil di sekitar kita!
Penulis: Dea Anjani
Editor: Melody Azelia