Mundurnya Presiden Soeharto dilatarbelakangi oleh krisis moneter sejak tahun 1997. Krisis itu ditandai dengan melemahnya ekonomi dan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat hingga memicu terjadinya demonstrasi besar-besaran.
Demonstrasi pun dilakukan di beberapa daerah sebagai upaya adanya sebuah perbaikan dari pemerintah dan tekanan politik untuk Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Mahasiswa dari berbagai universitas pun ikut serta, salah satunya Trisakti.
Demonstrasi dilakukan secara terus menerus agar tercapainya reformasi. Melansir dari Kompas, tekanan dari para massa terhadap Soeharto pun memuncak ketika sekitar 15.000 mahasiswa mengambil alih Gedung DPR/MPR yang berakibat proses politik nasional lumpuh. Titik balik dari aksi ini terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 ketika empat mahasiswa Trisakti tewas tertembak yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie.
Memperingati Hari Perjuangan Reformasi
Perjuangan ini ditandai dengan tragedi 12 Mei 1998, sehingga berbagai momentum dibuat untuk peringatan hari tersebut. Salah satunya, dengan Universitas Trisakti yang menggelar upacara peringatan 24 tahun kejadian. Upacara ini kerap dilakukan sebagai upaya mengenang jasa keempat mahasiswa yang gugur dalam perjuangannya dan juga dilakukan dengan penaburan bunga di tempat tertembaknya korban.
sumber: nasional.tempo.co
Dilansir dari Liputan6, Silmy Karim selaku ketua ikatan alumni Trisakti menyampaikan “Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 ini merupakan momen yang tepat untuk kita semua menggugah kembali semangat reformasi dalam menyongsong kesiapan dalam mengantisipasi tantangan bangsa Indonesia ke depan, khususnya dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.”
Tidak hanya itu, Universitas Trisakti telah mengesahkan monumen yang dinamakan “Monumen 12 Mei Reformasi” untuk memperingati peristiwa sejak meninggalnya empat mahasiswa Trisakti di masa reformasi 1998.
sumber: kompasiana.com
Monumen ini terdiri dari empat tugu yang disesuaikan dengan jumlah korban yang gugur. Empat tugu memiliki ketinggian yang beragam guna menunjukkan urutan tanggal menjelang hingga terjadinya puncak peristiwa. Terdapat sisi dalam bangunan itu yang terdiri dari lima bidang dengan arti bulan terjadi kejadian dan adanya 98 batu di alas monumen sesuai tahun tersebut.
Terdapat juga sebuah lubang dengan melambangkan posisi lubang peluru yang menembus tubuh keempat mahasiswa. Adapun sebuah prasasti yang tertulis “Mereka yang telah berjuang” dengan makna dukungan dan penghargaan bagi sang korban.
Kerusuhan Mei 1998
Kejadian Trisakti memicu berbagai aksi lainnya. Bahkan, upaya menuntut keadilan dilakukan selama beberapa hari dari 13 hingga 15 Mei yang dikenal dengan kerusuhan Mei 1998.
Kerusuhan Mei menjadi gerakan rasial terhadap etnis Tionghoa dengan dilakukannya penjarahan, pembakaran, penyerangan dan lainnya. Kejadian ini diakhiri dengan lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya pada 20 Mei 1998.
Berbagai aksi Mei 1998 ini dianggap sebagai pelanggaran HAM. Dilansir dari CNN, menurut Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan bahwa menurutnya, kasus dugaan pelanggaran HAM berat sebelum ada UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM akan diprioritaskan diselesaikan lewat jalur nonyudisial, salah satunya melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). “Kasus Trisakti 1998 masuk kategori pelanggaran HAM berat masa lalu yang idealnya diselesaikan melalui mekanisme nonyudisial,” jelasnya.
Reformasi di Era Saat ini
Dampak dari reformasi bisa kita rasakan hingga saat ini. Terutama perihal kebebasan dalam berpendapat. Untuk menyampaikan pendapat atau keresahan terhadap pemerintah, mahasiswa cenderung berdemonstrasi tanpa melupakan UU No. 28 Tahun.
Berbanding terbalik dengan pernyataan di atas, kebebasan berpendapat tidak sepenuhnya bebas karena munculnya UU ITE. Undang-undang ini dianggap menutup ruang bagi masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat mereka lewat media sosial. Sehingga cara lain dilakukan seperti turun ke jalan untuk menyuarakan aksi.
Dengan adanya keresahan-keresahan yang terjadi, diharapkan tragedi Mei 1998 tidak terulang kembali. Bulan Mei tahun 1998 sungguh menyimpan misteri dan teka-teki yang hingga kini belum terungkap. Keadilan untuk pelanggaran HAM harus diperjuangkan karena menjadi kepentingan untuk seluruh masyarakat. Setelah 21 tahun reformasi, terjadi berbagai kejadian serupa seperti aktivis yang dihilangkan nyawanya, korban Tragedi Semanggi, Trisakti, dan puncaknya kerusuhan atau Tragedi 13-15 Mei 1998. Tidak ada koalisi yang mau memihak para korban Mei 1998.
Sumber:
https://nasional.sindonews.com/berita/1404936/18/pentingnya-mengungkap-kerusuhan-mei-1998?_gl=1*osej9s*_ga*VXVad3ZpczVLSUFPUVRBRFpjVFhFanVlclJFcWZGMmw1WEJsWVh3V3hhMExsX3B0N2R4MkJGaThxSzlMemlSNA..
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220518140101-32-798070/moeldoko-tragedi-trisakti-mei-1998-idealnya-diselesaikan-nonyudisial.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/13/jumlah-korban-tragedi-mei-1998
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/stori/read/2021/04/20/144131779/reformasi-indonesia-1998-latar-belakang-tujuan-kronologi-dampak
https://www.liputan6.com/news/read/4961332/24-tahun-tragedi-trisaksi-diharap-terus-bangkitkan-semangat-reformasi
https://tirto.id/trisakti-gelar-napak-tilas-untuk-kenang-4-pahlawan-reformasi-coAU
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/20/144131779/reformasi-indonesia-1998-latar-belakang-tujuan-kronologi-dampak?page=all
https://www.dw.com/id/apakah-reformasi-di-indonesia-sudah-berjalan-di-jalurnya-yang-benar/a-43685560
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/492092/ketum-ika-trisakti-perjuangan-reformasi-harus-terus-dilanjutkan
https://jakarta.tribunnews.com/2018/05/12/20-tahun-tragedi-trisakti-begini-sekilas-makna-monumen-reformasi-di-universitas-trisakti
Penulis: Faturahman Sophian
Editor : Nabila