Hari Buku Sedunia: Dari Membaca Sebagai Kebiasaan Hingga Hak Pencipta

0
191

23 April dikenal sebagai Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia. Peringatan ini diambil dari hari kematian tiga penulis besar; Miguel de Cervantes, William Shakespeare, dan Inca Garcilaso de la Vega.

Hari buku menjadi simbol penting bagi kehidupan manusia, karena buku merupakan jendela dunia. Sayangnya, simbol ini tidak dibersamai dengan kepedulian masyarakat terhadap minat membaca. Dilansir dari laman Kominfo, berdasarkan data UNESCO hanya terdapat 0,001% minat baca masyarakat Indonesia atau setara dengan 1 (satu) orang dari 1.000 (seribu) orang yang gemar membaca di negara ini.

Buruknya minat baca pada masyarakat akan mempengaruhi kualitas dari suatu negara. Membaca membuat masyarakat menjadi cerdas dan unggul, artinya mutu dari suatu negara bergantung pada daya atau kualitas sumber daya manusianya. Jika minat baca di suatu negara buruk, maka mutu suatu negara patut untuk dipertanyakan.

Menurunnya minat baca masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong, salah satunya kehadiran dan kemajuan teknologi. Kehadiran gadget merupakan faktor utama penyebab kemunduran minat membaca. Dengan segala kemudahan dari teknologi, membuat malas membaca meningkat akibat terbiasa dengan hal instant. Walaupun, kemajuan teknologi menghadirkan inovasi baru dalam dunia membaca melalui platform online, minat dan keinginan membaca tetap kalah dengan melihat hiburan sosial media atau games.

Untuk itu, besar diperlukan beragam cara untuk meningkatkan minat baca. Kita harus memaksakan diri untuk membaca di tengah terpaan bahwa membaca bisa sangat membosankan. Untuk menumbuhkan rasa membaca, kita bisa memulai dengan genre yang kita suka. Seperti, horror, fiksi, thriller, misteri, romance, dan masih banyak lagi. Setelah itu, kita dapat mengajak teman dengan minat yang serupa untuk membaca buku yang sama, agar nantinya dapat berdiskusi atau bertukar pikiran tentang buku yang telah dibaca. Hal ini begitu penting, karena ternyata lingkungan memegang peranan penting untuk meningkatkan minat membaca loh guys! Jika kita belum menemukan teman yang menyukai genre yang sama, kita bisa bergabung ke komunitas-komunitas penggemar buku yang bisa kita temukan di media sosial agar menumbuhkan kebiasaan bersama.

Tanpa sadar, menurunnya minat baca juga menggeser nilai dari manfaat membaca. Kebiasaan membaca ini memberi banyak sekali manfaat seperti; menambah wawasan dan pengetahuan, memperluas pemikiran, meningkatkan konsetrasi, memperkaya kosakata, melatih keterampilan menganalisis, meningkatkan hubungan sosial, mengurangi stres dan memunculkan motivasi hidup. Manfaat lainnya akan dirasakan dalam jangka waktu yang panjang, ibarat menabung, membaca adalah investasi terbaik bagi kehidupan masa depan.

Tapi sayangnya, manfaat membaca ini tidak dibersamai dengan sisi gelapnya yaitu pelanggaran dalam dunia literasi. Kasus pelanggaran hak cipta contohnya, bagaimana seseorang bisa sepenuhnya peduli dengan literasi jika pelanggaran hak cipta masih terus berkembang?

Hak cipta sendiri merupakan bentuk perlindungan hukum yang berhak diterima oleh para pencipta atau penerbit buku, hak cipta ini upaya penerbit dan pencipta dalam mendapatkan hak ekslusif atas karya yang mereka ciptakan.

Kasus pelanggaran hak cipta pernah terjadi di Indonesia, salah satunya pernah menyeret nama penulis besar Tere Liye. siapa yang tidak mengenal Tere Liye? Penulis populer dengan pemikiran dan karyanya yang luar biasa. Penulis ini sempat membuat pernyataan bahwa dirinya memilih mundur dari dunia yang sangat dicintainya, hal tersebut terjadi karena pelanggaran hak cipta yang menimpanya. Di luar sepengetahuannya banyak yang membuat buku bajakan lalu diperjualbelikan dan pajak dari penjualan tersebut dibebankan kepada sang pencipta karya (dalam kasus ini Tere Liye).

Karya sastra dan literasi masih dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat, orang yang rajin membaca sering kali mendapatkan intimidasi dan ejekan dari sekitarnya. Jika keadaan tidak berubah, maka yang dapat terjadi adalah kepunahan pada buku fisik dan dunia literasi; buku-buku kita perlahan mati diikuti dengan jeritan kata-kata indah yang perlahan mulai terlupakan oleh manusia. Perayaan ini ditujukan untuk meningkatkan kembali minat literasi dan menghargai ketiga pahlawan besar dalam dunia literasi. Karena, permasalahan ini harus dibenahi bersama dengan kontribusi dari berbagai pihak untuk menghadirkan solusi bagi dunia membaca dan menghargai para penulis.

Kunci peradaban yang maju berada di dunia literasi, bahan bacaan yang baik serta keterampilan membaca yang mumpuni. Perlu diingat, bahwa tingkat literasi yang baik akan membawa suatu bangsa ke pada masa gemilangnya.

“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you’ll go.”

—Theodor Seuss Geisel.

Penulis : Raihani Maisya Az Zahra & Pranaja Dwi Surya

Editor : Febriyanti Musyafa

Sumber :

https://nasional.kompas.com/read/2022/04/22/22000081/tanggal-23-april-hari-memperingati-apa-#:~:text=Hari%20Buku%20Sedunia%20dikenal%20juga,UNESCO%20pada%2023%20April%201995.

https://www.goodreads.com/author/show/61105.Dr_Seuss

https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

https://ascarya.or.id/hak-cipta-buku-2/

https://jurnalpost.com/rendahnya-budaya-literasi-masyarakat-indonesia-di-era-digital/42109/

https://www.gramedia.com/blog/5-penyebab-kurangnya-minat-baca-di-indonesia/

https://digstraksi.com/pentingnya-literasi-karya-sastra-di-era-milenial/

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini