Skateboard menjadi olahraga perkotaan yang merebak di banyak negara, termasuk Indonesia. Skateboard tak hanya sekadar olahraga, tapi juga merupakan bagian dari kultur perkotaan. Berkembang di jalanan, skateboard menggambarkan aksi di trotoar kota, dan di antara gerombolan pemuda di sudut-sudut taman atau jalan.

Skateboard atau skateboarding pasti sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, banyak dari kita mungkin mengenal skateboard dari tayangan yang ada ataupun dari game Tony Hawk: Pro Skater. Meskipun masuk ke dalam kategori olahraga ekstrim, tetapi hal tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemarnya. Loh, kok bisa?

Mengulik kembali sejarah skateboard, ternyata olahraga ini pernah populer di kalangan remaja Indonesia pada tahun 90-an. Bahkan, salah satu komunitas skateboard tertua di ibu kota yang dibangun sejak tahun 1994 bernama Skateboard Senayan masih berdiri hingga saat ini.

Terlebih, sejak menunjukkan taringnya dikancah Asian Games pada 2018, dengan menoreh catatan 2 medali perak dan 2 medali perunggu, medali perak cabang olahraga skateboard Asian Games 2018 didapatkan oleh Jason Dennis Lijnzaat di nomor park putra dan Sanggoe Dharma Tanjung di nomor street putra, sedangkan dua medali perunggu diraih Pevi Permana Putra di nomor park putra dan Bunga Nyimas di nomor street putri. Prestasi tersebut membuat olahraga ini semakin dikenal dan banyak digemari oleh sekumpulan anak muda di Indonesia.

Dengan perjalanan panjang skateboard di Indonesia, hal ini membuktikan bahwa tingginya antusiasme akan skateboarding di Indonesia, sehingga berhasil melahirkan sejumlah komunitas, kejuaraan, serta atlet dibidangnya.

Berkembangnya komunitas ini pun tidak hanya terjadi pada masyarakat dan lingkungan terbuka saja, melainkan sudah memasuki ranah kampus. Mahasiswa turut menambah deretan komunitas skateboard yang ada, salah satunya terjadi di Universitas Pancasila (UP) yang memiliki komunitas bernama Pancasila Skateboarding.

Pancasila Skateboarding merupakan salah satu komunitas olahraga di kampus yang telah berdiri sejak tahun 2014 oleh salah satu mahasiswa UP bernama Khalid, alumni Fakultas Ekonomi Bisnis angkatan 2014. Anggota yang termasuk ke dalam komunitas ini pun tidak hanya melingkupi internal kampus, melainkan dari luar kampus turut tergabung di dalamnya.

Sudah Lama Berdiri, Bagaimana Kabarnya?

Seperti komunitas Skateboard Senayan yang masih eksis walaupun telah lama berdiri. Pancasila Skateboarding juga merupakan salah satu perwujudan bahwa skate masih ramai peminat, bahkan dalam lingkungan kampus sekalipun.

Sayangnya, komunitas Pancasila Skateboarding belum dikenali oleh sebagian mahasiswa. Bahkan beberapa mahahasiswa mengaku bahwa baru mengetahui adanya komunitas ini.

Andrian Biantoro, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIkom) 2021 menjelaskan bahwa belum mengetahui adanya komunitas ini “wah, belum tau tuh, keknya baru ya?“

Salwa, mahasiswi Fakultas Farmasi 2021, turut memberikan reaksi serupa “lah, gue baru tau kalo ada komunitas skate di UP.” Ujarnya.

Padahal komunitas ini sudah berjalan sejak lama loh, namun karena belum adanya fasilitas yang memadai dari pihak kampus untuk menunjukkan kebolehannya, menyebabkan Pancasila Skateboarding tidak begitu dikenali oleh mahasiswa.

Walaupun berbekal dengan fasilitas seadanya, komunitas ini pantang menyerah jika soal latihan. Bahkan mereka sering berlatih setiap minggunya, sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa Pancasila Skateboarding masih eksis di lingkungan kampus sampai saat ini.

Tumbuh Menjadi Wadah Positif Mahasiswa

Melihat hal tersebut tentunya terbesit harapan agar komunitas ini bisa terus berkembang, dan lebih berani lagi untuk menunjukkan dirinya di lingkungan kampus. Terlebih, kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan kegiatan positif dan dapat menjadi wadah mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

Kurangnya fasilitas memang bukan menjadi hambatan untuk komunitas ini, tetapi Angga Ferdinand Gultom, Anggota Pancasila Skateboarding, mengatakan, “ ada sih harapan dari komunitas tuh, kayak pasti atasan juga nih ngeliat ada anak skate. Ini kan masih banyak kayak apa namanya, ruang yang kosong, kayak dibikin bowl buat main skate. Jadi anak-anak skate bisa main disitu tanpa harus nyari waktu yang sepi dulu.’’ Ucapnya.

Adanya perbedaan antara Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan komunitas memang tidak dapat dipungkiri. Namun, kedua belah pihak berhak untuk mendapatkan fasilitas yang sama, terlebih tingginya euforia dari anggota Pancasila Skateboarding, menjadi alasan komunitas ini tetap bertahan sejak lama.

 

Penulis            : Aldiansyah Putra & Aisha Balqis S

Editor              : Aisha Balqis S

Sumber :

https://juara.bolasport.com/read/321492315/sejarah-skateboarding-salah-satu-olahraga-yang-ada-di-asian-games-2018

https://www.biznetnetworks.com/en/foundation/blog/komunitas-skateboard-di-indonesia

https://bola.bisnis.com/read/20191208/60/1178929/sanggoe-dharma-tanjung-sumbang-emas-pertama-dari-skateboard

Keren! 2 Atlet Skateboard Indonesia Ikut Kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo di Amerika Serikat : Okezone Sports

Skateboard Senayan, Komunitas Skateboard Tertua di Ibu Kota yang Tetap Eksis | SUPERLIVE

4 Kota Suci untuk Bermain Skateboard, Destinasi Impian Para Skater Dunia (skor.id)

Asian Games 2018: Atlet Skateboard Indonesia Kembali Raih Medali – Asian Games Bola.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini