Dalam rangka menyuarakan hak-hak masyarakat akan kehidupan yang layak, Jumat 25 Maret 2022 masyarakat di Jakarta melakukan aksi damai di Sudirman mengenai Global Climate Strike. Aksi ini diikuti oleh beberapa aliansi yaitu BEM UI, Greenpeace, WALHI, Jeda iklim, BEM FH Trisaksi, UIN Jakarta, Extinction Rebellion Indonesia dan beberapa komunitas lainnya. Aksi yang dilakukan di 20 kota ini merupakan bukti bahwa keresahan masyarakat akan krisis iklim di Indonesia dan di dunia adalah suatu urgensi yang seharusnya diprioritaskan oleh pemerintah.
“Krisis iklim merupakan permasalahan yang lebih berbahaya dari apa yang kita bayangkan, karena ini menyangkut kehidupan semua makhluk hidup,” tutur Bayu selaku Ketua BEM UI. Ia juga menambahkan bahwa bencana yang terjadi di berbagai daerah merupakan dampak dari eksploitasi sumber daya alam berlebihan yang mengakibatkan hilangnya wadah resapan air pada daerah-daerah yang dulunya mempunyai daya resap air yang baik. Hal tersebut juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ben selaku perwakilan dari Extinction Rebellion Indonesia, “Krisis iklim bukan hanya menyangkut makhluk hidup tapi ini merupakan krisis kehidupan, mengapa? Karena krisis iklim akan mengakibatkan krisis sosial mulai dari ekonomi, politik, lingkungan hidup, geopolitik, dan lain sebagainya.”
Dengan adanya aksi ini, masyarakat berharap bahwa pemerintah segera mendeklarasikan darurat iklim untuk diberantas bersama-sama bukan hanya memprioritaskan pembangunan yang di kuasai oleh kaum oligarki dan berdampak buruk pada lingkungan.
“Satu-satunya cara untuk melawan oligarki adalah menghadirkan politik alternatif dan progresif dari kalangan mahasiswa, pemuda, dan masyarakat sipil untuk menekan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi sekarang terkait kasus-kasus lingkungan,,” tutur Bayu.
Ben juga menambahkan “Sebagai kaum muda, hal yang dapat kita lakukan adalah dengan memakai suara kita untuk terus mendorong pemerintah membuka mata melihat urgensi krisis iklim yang sedang terjadi di Indonesia”.